FmD4FRX3FmXvDZXvGZT3FRFgNBP1w326w3z1NBMhNV5=

Iklan

Your Ads Here
items

Perempuan dan Kepemimpinan

"Perempuan dengan segala kemampuannya, adalah harapan di tengah krisis kepemimpinan seperti sekarang".
Designed by slidesgo (Freepik)

Sejak dulu hingga kini, pemimpin selalu identik dengan sosok laki-laki. Meski ada, jumlah pemimpin perempuan di berbagai sektor masih lebih sedikit dibandingkan dengan pemimpin laki-laki di sektor yang sama. Minimnya pemimpinan perempuan disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah budaya patriarki yang berkembang di tengah masyarakat kita. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat  mengenai kesetaraan gender.

Kentalnya paham bahwa laki-laki lebih baik dari perempuan, terutama dalam masalah kepemimpinan, sampai memunculkan prasangka bahwa kehadiran pemimpin perempuan adalah sesuatu yang salah. Bahkan banyak yang menganggap, jika perempuan yang memimpin tidak akan berhasil dalam kepemimpinannya.

Stereotip-stereotip negatif tentang kepemimpinan sosok perempuan mulai sekarang harus disingkirkan. Pasalnya, karakteristik untuk menjadi pemimpin yang baik tidak ditentukan berdasarkan jenis kelamin atau gender seseorang, tetapi dari kemampuan pribadi masing-masing. Bisa saja dengan kemampuannya, perempuan bisa menjadi pemimpin yang sukses. 

Kisah-kisah kesuksesan dan kehebatan sosok pemimpin perempuan bukan hal baru. Masa pandemi covid-19 menjadi contohnya, bagaimana kepemimpinan seorang perempuan telah berhasil mencegah lebih banyak kematian akibat virus corona pada saat itu dibanding pemimpin negara laki-laki.

Pada awal pandemi, para perempuan pemimpin negara seperti Jacinta Ardern dari Selandia Baru, Tsai Ing-wen dari Taiwan, atau Sheikh Hasina dari Bangladesh dipuji karena langkah-langkah mereka mencegah persebaran covid-19 di negara masing-masing. Jacinda Ardern bahkan membawa negaranya dinobatkan sebagai negara dengan penanganan Covid-19 terbaik versi Covid Performance Index.

Sejarah juga mencatat, bagaimana seorang perempuan berhasil dalam kepemimpinannya. Di Indonesia kita mengenal RA Kartini, pahlawan emansipasi yang dengan teguh memperjuangkan hak-hak kaum perempuan terutama di dunia pendidikan. Kita juga menyaksikan, bagaimana seorang perempuan Aceh bernama Cut Nyak Dien memimpin orang-orang sesuku bangsanya melawan penjajahan.

Mereka berdua pemimpin perempuan yang keberanian dan keteguhannya tidak kalah dari laki-laki. Kesuksesan mereka dicatat sejarah dan dikenang sampai sekarang. Namun, bukan karena perempuan memiliki keberanian seperti laki-laki saja, ada banyak hal lain yang jadi alasan kenapa perempuan bisa menjadi pemimpin yang hebat.

Pengalaman dan Sudut Pandang Baru nan Beragam

Salah satunya ketika perempuan menjadi pemimpin, perempuan akan membawa pengalaman dan sudut pandangan baru yang beragam pada organisasi atau tempat mereka jadi pemimpin. Apa yang dibawa oleh perempuan ketika memimpin ini dapat mendorong terciptanya banyak inovasi-inovasi baru. Hal itu karena perspektif yang beragam mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih baik. 

Selain itu, dari survey yang dilakukan Harvard Business Review menunjukkan bahwa perempuan dianggap sebagai pemimpin yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki ketika menginjak usia di atas 40 tahun. Pada usia 40 hingga 60 tahun, kepemimpinan seorang perempuan akan jauh lebih efektif dibanding laki-laki diusia yang sama. Laki-laki lebih efektif sebagai pemimpin jika pada usia 36 hingga 40 tahun.

Perempuan juga ditunjukan lebih berempati ketika mereka memimpin sehingga mampu menerima pandangan yang berbeda dari setiap orang tanpa menghakimi. Perempuan juga memiliki kecenderungan untuk berhubungan dan berinteraksi secara terbuka dengan orang lain, serta mampu memahami setiap kesulitan orang-orang yang dipimpinnya.

Kecenderungan perempuan yang lebih teliti dan ulet kemudian semakin menambah aspek dan nilai lebih, yang semakin menjadikan kepemimpinan seorang perempuan tidak bisa lagi dianggap remeh dan dipandang sebelah mata. Kedua hal ini semakin memantapkan posisi perempuan kala menjadi pemimpin.

Sifat perempuan yang ulet dan teliti dalam menyelesaikan masalahnya mampu menjadikan organisasi atau tempat kerja yang mereka pimpin bisa semakin berkembang. Dalam kesehariannya pun perempuan merupakan sosok yang multitalenta, mereka bisa menjadi ibu, ayah, teman atau guru bagi anaknya dalam sekali waktu. Pengalaman bermultiperan ini saja sudah cukup menjadikan perempuan ketika menjadi pemimpin, bisa menjadi pemimpin hebat.


Penulis: Syifa Fadilah, Satria S. Pamungkas

0/Post a Comment/Comments

73745675015091643

Recent

Your Ads Here