FmD4FRX3FmXvDZXvGZT3FRFgNBP1w326w3z1NBMhNV5=

Iklan

Your Ads Here
items

Webinar HMPS Ikom UPS Tegal; Beberkan Tantangan dan Resep untuk Millenial Hadapi Krisis Komunikasi

LPM Prapanca.com - Pandemi Covid-19 tidak lantas menyurutkan semangat Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPS Tegal, melalui Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMPS Ikom) untuk membuka ruang akademik. Dalam situasi waspada Covid-19 kegiatan dilakukan melalui daring dengan konsep Webinar atau Seminar Website. Kamis, 25 Juni 2020.

Template acara Webinar HMPS Ikom, Fisip UPS Tegal

Dihadiri oleh puluhan peserta dari beberapa latar belakang dan kampus yang beragam. Acara ini mengangkat tema "Langkah Milenial dalam Menghadapi Krisis Komunikasi dan Sosial di Era Pandemik". Melalui tema ini dua pembicara Ike Desi Florina M.Ikom dan Aulia Pradipta Prabandaru pendiri komunitas Indonesia Leadership Project secara bergantian memberikan pandangan terhadap krisis komunikasi di selama pandemi.

Menurut Ike, krisis komunikasi pada generasi melenial tidak terlepas dari adanya media yang berganti selama masa pandemi. Jika biasanya komunikasi dilakukan secara langsung baik verbal maupun non verbal. Dampak dari pandemi mengharuskan untuk hanya berkomunikasi melalui daring saja.

Hal itu rawan berbuntut pada miss komunikasi atau dalam teori Laswell media yang digunakan menjadi kurang efektif. Oleh karena itu hambatan pada komunikasi akan menuai salah arti. Belum lagi dengan karakter komunikator atau orang yang berbicara menjadi berbeda di media sosial.

"Komunikasi mengandung komunikator, channel (media), pesan, komunikan, feedback (timbal balik), dan hambatan. Di era pandemi ini media dan hambatan suatu hal yang menjadikan adanya krisis komunikasi selama pandemi," sampai Ike Desi saat mengisi forum.

Ia juga memetakan akar krisis komunikasi yang terjadi di masa pandemi Covid-19 ini. Menurutnya, setidaknya terdapat tiga persoalan dasar dari adanya krisis komunikasi. Pertama, komunikasi pemerintah kepada publik. Kedua, Anggapan publik dalam menghadapi pandemi, dan ketiga Media dan publik dalam informasi mengenai Covid-19.

"Persoalan seperti komunikasi pemerintah mengenai yang miskin melindungi yang kaya untuk tidak menularkan penyakitnya menjadi gejolak di publik. Respon publik terkait covid-19, konspirasi dan sebagainya, juga informasi dari media dan masyarakat terkait Covid turut andil dalam menyebabkan krisis komunikasi," imbunya.

Oleh karena itu, ada dua resep darinya untuk menangkal terjadinya krisis komunikasi yaitu dengan optimism dan adapatasi terhadap perubahan dan perilaku masyarakat.

Lebih jauh lagi, Aulia Pradipta menambahkan dengan memberikan wejangan bagi milenial untuk setidaknya memiliki prinsip sebagai seorang pembelajaran secara terus menerus. Seorang pembelajar yang dimaksud ialah dengan fleksibel dalam menghadapi perubahan, memiliki sifat adaptatif, inovatif dan berkarya, serta memanfaat masa muda untuk melahirkan ide idealis sebagai buah sebagai pemuda.

"Pertama saya buka untuk mengingatkan kita supaya memiliki karakter pembelajar dengan terus belajar dimana dan kapanpun. Karena saingan kita di era modern ini tidak lagi tingkat kecamatan, provinsi, nasional namun sudah dunia," katanya.

Selain karakter, seorang kader muda juga menurutnya perlu untuk menghaluskan perasaan sebagai seorang pembelajar yang berkelanjutan. Artinya, tidak hanya intelektual yang diasah namun juga mental dan emosi perlu peka.
Suasana Webinar via Zoom. Pemateri II Aulia Pradipta, Moderator, Arsy Maula, dan peserta


Hal ini senada dengan ungkapan Tan Malaka dimana tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan. Quote atau kalimat itu juga ia kutip sebagai pembuka dari dialog bersama peserta.

Menjadi pembicara dengan tema komunikasi, ia juga menyuguhkan hasil kajian dari World Economic Science soal karakter yang harus di miliki milenial di era modern ini. Menariknya, tiga dari sepuluh karakter itu merupakan kemampuan komunikasi.

Adapun 10 karakter itu meliputi, problem solving, kreatif, critical thinking, people management, koordinasi dengan orang lain, emosional intelegent, pengambilan keputusan dengan cepat, melayani orang lain, negosiasi, dan belajar efektif.

Sepuluh kriteria tersebut katanya merupakan kemampuan dasar milenial untuk dapat memiliki nilai kompetensi yang tinggi.

Acara tersebut di tutup dengan diskusi melalui tanya jawab, salah satunya pertanyaan dari Ketua BEM Fisip UPS Tegal, Agung Septa.

Aulia Pradipta, Founder Indonesia Leader Project

Selain peserta dan pembicara, acara tersebut juga dibuka oleh Sekertaris program studi Ilmu Komunikasi Sarwo Edy M.Ikom diawal acara..
"Saya mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang ikut mensukseskan acara ini. Apresiasi dari kami dan saya harap acara seperti ini dapat dilaksanakan terus-menerus," tutupnya.


0/Post a Comment/Comments

73745675015091643

Recent

Your Ads Here